Thursday, January 19, 2012

Yus Marni

SEKELUMIT LIKA LIKU BUDI

ULAR KADUT CUCI TANGAN

Budi kecil,
Belajar hiup bersih
Biasakan cuci tangan sebelum makan
Agar terbebas dari kuman
Tangannya suci
Bersih
Tak bernoda
Budi besar,
Budi besar terapkan tips
Kelit berkelit cuci tangan
Kucing kucingan
Ular ularan
Ular kadut cucian tangan
Topeng topengan
Kepalsuan
Bunglon !

Serambi resah :190112

TAWURAN

Budi belajar PPKN
Hapal pancasila
Tahu isi sila ke-tiga
persatuan Indonesia
Tapi Budi , suka pancasial
Perpecahan sesame kite
Tawuran dimane mane
Tele

Serambi resah: 190112

KURSI

Budi pilih jurusan Pembangunan
Belajar,
Teori dan praktek membangun
Membangun proyek dengan benar
Budi pintar
Budi membangun proyek fantastis
Proyek rebut merebut kursi
Memperkuat posisi
Manipulasi sana sini
 
 
Panah Kehidupan

Biarkanlah anak panah itu melesat pada tancapan yang dia inginkan. Tersebab kisaran angin dan putaran waktu telah merubah arahnya. Membentuk idealialisme dan alunan nada yang berbeda dari alunan melodi klasik yang kau pertuhankan secara paksa.
 
Semburat Luka

Kelam terjejak, rinai masih saja membasahi bumi . Tambal sulam waktu ke waktu selalu saja menderaikan rindu yang tak pernah jemu menoreh dinding kalbu. Angin malam menyampaikan salam dalam potret suram ke beranda cinta. Moleknya ibu kota telah menghipnotis dan menyeret langkahmu, menggoyahkan tiang kesetiaan antara kita. Berkelumun harap, ngilu memerangkap , retak tertetak, menyemburatkan luka tak terkira dalam penantian yang sia sia.
 
Tanah Surga

Tanah surga gudangnya petaka
kata lirik lagu tanah airku adalah tanah surga
tomgkat dan kail bisa menghidupiku
kata fakta
tanah airku tanah petaka
emas intannya Mas, semua dirampas
keadilan bagi konglomerat yang merata
persatuan kemiskinan bagi rakyat jelata
hutan dan kebunya dirampas orang kaya
ualar kadut jadi penguasa
tanah air dirampas diperkosa
kekuasan hukum ditangan mafia
tanah airku bukan l;agi tanah surga
 
AKH

Seandainya kelit kulit suaranya tak pernah mampir ke gendang telinagku sore itu, tentu saja gemanya tak akan pernah hadir dalam mimpiku saat ini. Sekiranya tatapan matanya yang tajam membidik , menembus persemayaman rasa jiwa, takku tatap kala itu, mungkin aku tak akan pernah tenggalam dalam lembah dan kubangan rasa luka yang sedalam ini. Seyogyanya elang perkasa itu tak perlu hinggap menancap di pohon hatiku. Biar luka ini tak perlu tergores , hingga darahnya tak perlu mengalir membusuk dan bernanah begini.

Akh,
 
Negeri Auto Pilot
Meski kita harus mengudara dalam penerbangan impian pada cuaca yang kurang bersahabat. Kita tetap meretas asa di balik gumpalan awan tebal menggumpal gelap. Walau pilot dan ko pilot masih antara ada dan tiada nyenyak dalam mimpi mimpi tidurnya yang lena. Walau gagak menyertai penerbangan ini karena tercium bau amis di sepanjang penerbangan kita. Namun kita masih yakin bahwa penerbangan ini akan landing dengan manis berkat kearifan penumpang membangunkan pilot dari tidurnya yang lena dengan arif dan bijaksana. Tanpa harus menelan korban jiwa. Bersama kita bisa mewujudkan impian dalam ikatan nasionalisme dan patriotisme menyatukan jiwa jiwa kita.
 
Sembilu

sembilu sembili
sembilu sembili sembila
sembilu lukai hati lukai jiwa
sembilumu terlalu tajam
melukai
perih
pedih
sakitttt
apalagi kalau bermiang
akhhhh,
sembilumu torehkan luka
menusuk ke relung sukma
alirkan air mata
membasahi jiwa
aku tak kuasa
tak berdaya
toreh terus
dan terus saja
semaumu
sesukamu
sampai kau puas
tampung darahnya yang menaglir
lukiskan di atas kanvas
biar kuas dan kanvas bercerita
tentang pengorbanan
tentang pengabdianku yang ikhlas
dan rebab menyampaikan
kau tidak menggunakan kacamata yang pas
memaknai pengorbanaku

Kulukiskan luka sembilu dalam puisi 080112
 
Selai Asmara 4
Kali ini meja jiwaku tidak lagi menyuguhkan hidangan yang sama untuk kita nikmati dalam menu sarapan pagi hari ini. Rumput relasi telah menyeretmu bersama angin utara. Selai asmara yang kupersiapkan sudah memasuki kadaluarsa, tersebab terlalu lama tersalai. Angin utara sudah membawa arah perjamuan kita pada meja Kristal yang membeku. Kuhidangakan juga sepotong hati yang tercincang dengan dan sebongkah jantung yang direndang. Dan kunikmati sendiri dengan lalap bimbang merimbang serta secangkir jus mengkudu bersembilu sebagai pelengkap empat sehat lima sempurnanya luka sembilu.
 

sembahyang dengan bahasa

by Jurnal Sastratuhan Hudan on Thursday, January 19, 2012 at 12:23pm
kukia dia akan mengerti kalau malam ini aku sembahyang dengan bahasa. aku takut kehilangan jendela yang datang dalam mimpiku baru saja, orang orang di seputar jendela, lagu dan wajah aneh orang orang yang mendengarkan lagunya. jendela itu membuat aku terkenang kembali sebuah rumah keluarga yang kini anggotanya sudah beranjak tua. udara di kota itu dingin dan hujan kapan saja bisa turun. jendela yang membukakan isi kamar ke dunia luar adalah tempat aku dibesarkan. di sanalah aku tumbuh dari anak menjadi remaja, tapi tidak saat setelah dewasa. aku jadi ingat lagi, jendela itu pernah kuceritakan dalam novelku, serta teringat novelku itu, bahwa aku telah menulis novel tapi belum pernah kusyiarkan. ada apa dengan diriku ini. orang menulis untuk disyiarkan. tapi aku menahan saja novel itu dalam sebuah arsip dan jendela itu membawaku kembali kepadanya. kalau jendela itu tidak datang, mungkin aku tidak pernah ingat bahwa aku pernah menuliskan novel tentang ayahku.

ayah datang dalam mimpiku melalui jendela itu. ia datang dengan nyanyian dan kami dalam mimpi, aku, adik perempuan dan adik lelakiku, mendengarkan nyanyian ayah. ayah di luar jendela rumah, mungkin di luar rumah, aku kurang tahu di mana persisnya keberadaan ayah. sebab dari balik jendela aku melihat ayah, bernyanyi dan dalam mimpiku itu ayah masih remaja seperti diriku yang sedang ada di dalam rumah itu. ayah menyanyikan sebuah lagu yang aku lupa judulnya. tapi isi lagu itu tentang seorang anak yang mengenangkan ibunya. bercucuran air mata bila kumengenangmu. surga itu di bawah telapak kaki ibu. inilah lagu yang dinyanyikan ayah saat ia masih remaja dalam mimpiku.

sudah sejak tadi malam perasaan hatiku sedih. kukira aku baru saja kehilangan, tapi apa, aku kurang tahu. perasaan hilang itu tak dapat kuhalangi. ia muncul serta merta dalam hatiku dan tak pernah hendak pergi. aku ingin menuliskannya tapi aku telah seharian menulis sehingga tubuhku lelah sekali. bahuku panas dan aku nyaris tak bisa duduk di meja dan kursiku yang selalu setia menemaniku bekerja. terutama kursiku, ia diam saja saat dirinya kududuki. tubuhku bergoyang goyang di atas kursi dan ia sabar menerima tubuhku yang bergoyang goyang di atas kursi. ujung meja tempat aku menulis, mungkin sama setianya dengan kursiku. berhari hari, bertahun tahun, kedua lenganku tertumpu padanya, dan sekali pun dia tak pernah mengeluh bahwa dirinya ditindih oleh lenganku.

aku mengucapkan perasaan terima kasihku kepada kursi dan mejaku, dengan ucapan yang pelan sekali. bahasa yang keluar dari diriku hanya terdengar olehku seorang. tapi kukira mereka mendengarkanku lewat jiwa kami yang bergetar. kursiku tahu bahwa aku telah berterima kasih kepadanya. mejaku juga. oleh perasaan ini timbul rasa sedih dalam hatiku dan demikianlah pelan pelan aku menggeser alatku bekerja, agar bisa menaruhkan wajahku yang kecil ke atas wajahnya. kuletakkan wajahku dan kutempelkan pipiku ke atas meja dan kedua tanganku bergerak merengkuhnya. mejaku, kataku, tanpa ada suara lain selain suara itu. lama aku begitu, sebelum menyadari bahwa meja itu telah mengubah dirinya, juga kursi yang sedang kududuki mengubah dirinya.

sudah beberapa hari wajah ayah datang dan kulihat wajah ayah dalam kenangan. saat ayah masih muda dan saat aku masih anak ayah yang masih muda. wajah yang bahagia dan keras hati. wajah ayah sangatlah khas bagi kami anak anaknya, juga bagi orang yang pernah mengenalnya. sorotnya bertukar tukar seolah hidup ini sendiri. kadang membatu dan dari kedua matanya keluar api. kadang lembut seolah wajah ibuku yang meski lembut tak kuasa menyembunyikan kekerasannya dalam bentuk yang lain. aku bisa menangkapnya walau ia jarang memperlihatkan kekerasan hatinya. oleh itu mungkin aku tak kaget, menyadari bahwa kursi dan mejaku telah mengubah diri mereka jadi sosok ayahku. tanganku masih mendekap mejaku tapi mejaku telah berubah jadi ayahku. seolah nyata sekali, bahwa tubuh ayahlah yang sejak tadi kudekap sambil meratapkan rasa kasih dan sayang.

ayah, kataku, apakah kamu berbahagia di usia tuamu saat ini? ayah telah tua dan tidak muda lagi. aku juga mulai beranjak tua, ayah, walau belum begitu tua. tapi ayah telah tua dan apakah ayah merasa bahagia dengan usia ayah yang tak lagi muda?

kurasakan wajah ayah di tanganku dan tanganku terasa memegang air mata. apakah ayah menangis, kataku. ataukah itu air mataku sendiri, kataku. sepanjang hidupnya ayah tak pernah menangis. wajahnya lembut dan membatu dalam keinginannya sendiri. tapi jelas aku telah memegang air mata walau aku masih ragu air mata siapakah yang kupegang itu. mungkin air mataku karena mulai menyadari kembali itu bukan wajah ayah tapi adalah meja tempat aku bekerja. lihatlah, air mata telah ikut bekerja juga dalam jiwamu. bahwa kamu telah membuat mimpi mimpi dengan air mata yang tanpa kamu sadar telah mengalir dari sarangnya.
KUCING PUISI SAPARDI VENAYAKSA

Tiga kucing dikubur dalam puisi dengan kafan kata-kata diberkati dengan phoneme dan morpheme yang kemudian diangkat Sarpadi Djoko Damono dalam ruang kuliah yang penuh sesak dengan buku antologi puisi grafiti

Bangkai kucing dikubur di halaman puisi Firman Venayaksa dengan upacara kejawen karena bulunya berwarna tiga coklat hitam putih yang dikenal dengan kucing kembang telon

Malam-malam kucing berguling berebut tulang di bawah ban mobil yang segera akan berjalan dengan jeritan mengerikan memanggil tuhannya: Miaw!
2012

RODA BAN MOBIL BEJALAN

kata puisi dalam baris dan paragraf yang kelam menyembunyikan darah kucing yang terpecah terlindas dengan tak sengaja karena kesembronoan supir yang tidak menduga di bawah mobil tempat nyaman kucing bertandang

kata puisi lagi bawa kafan kembang dan kemenyan untuk meneguhkan persembahan ala kejawen yang serba takut pada kejadian yang disebut sebagai 'apa-apa'

penyebutan itu hanya untuk mengaburkan makna yang sebenarnya kehati-hatian dan kesabaran kunci perjalanan sebelum melindaskan ban ke tubuh binatang di jalanan termasuk manusia!
2012

BUBUR KUCING AYAM IJO

di pinggir trotoar tertinggal gerobak tukang bubur dari Madura yang juga menjual sate kacang ijo dan bubur sop kambing guling beraroma strawberry

kucing-kucing berkeliaran di kaki gerobak yang tanpa roda lagi karena mangkal sepanjang hari menawarkan selera kabita kepingin ngiler pada kudapan sore siang malam bagi pejalan kemalaman menunggu tulang dan kulit ayam yang terkelupas hangus pada panggangan bakaran dan juga terpotong tertusuk berlumuran kuah sate

kucing ijo ayam bubur dan makanan kudapan melaju dalam puisi grafiti yang tumpang tindih dalam rujak kata-kata yang menyisakan bau terasi blacan budaya urban
2012

(terima kasih Firman Venayaksa atas puisimu di http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150540340939592)