KUCING PUISI SAPARDI VENAYAKSA

Tiga kucing dikubur dalam puisi dengan kafan kata-kata diberkati dengan phoneme dan morpheme yang kemudian diangkat Sarpadi Djoko Damono dalam ruang kuliah yang penuh sesak dengan buku antologi puisi grafiti
Bangkai kucing dikubur di halaman puisi Firman Venayaksa dengan upacara kejawen karena bulunya berwarna tiga coklat hitam putih yang dikenal dengan kucing kembang telon
Malam-malam kucing berguling berebut tulang di bawah ban mobil yang segera akan berjalan dengan jeritan mengerikan memanggil tuhannya: Miaw!
2012
RODA BAN MOBIL BEJALAN

kata puisi dalam baris dan paragraf yang kelam menyembunyikan darah kucing yang terpecah terlindas dengan tak sengaja karena kesembronoan supir yang tidak menduga di bawah mobil tempat nyaman kucing bertandang
kata puisi lagi bawa kafan kembang dan kemenyan untuk meneguhkan persembahan ala kejawen yang serba takut pada kejadian yang disebut sebagai 'apa-apa'
penyebutan itu hanya untuk mengaburkan makna yang sebenarnya kehati-hatian dan kesabaran kunci perjalanan sebelum melindaskan ban ke tubuh binatang di jalanan termasuk manusia!
2012
BUBUR KUCING AYAM IJO

di pinggir trotoar tertinggal gerobak tukang bubur dari Madura yang juga menjual sate kacang ijo dan bubur sop kambing guling beraroma strawberry
kucing-kucing berkeliaran di kaki gerobak yang tanpa roda lagi karena mangkal sepanjang hari menawarkan selera kabita kepingin ngiler pada kudapan sore siang malam bagi pejalan kemalaman menunggu tulang dan kulit ayam yang terkelupas hangus pada panggangan bakaran dan juga terpotong tertusuk berlumuran kuah sate
kucing ijo ayam bubur dan makanan kudapan melaju dalam puisi grafiti yang tumpang tindih dalam rujak kata-kata yang menyisakan bau terasi blacan budaya urban
2012
(terima kasih Firman Venayaksa atas puisimu di http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150540340939592)

Tiga kucing dikubur dalam puisi dengan kafan kata-kata diberkati dengan phoneme dan morpheme yang kemudian diangkat Sarpadi Djoko Damono dalam ruang kuliah yang penuh sesak dengan buku antologi puisi grafiti
Bangkai kucing dikubur di halaman puisi Firman Venayaksa dengan upacara kejawen karena bulunya berwarna tiga coklat hitam putih yang dikenal dengan kucing kembang telon
Malam-malam kucing berguling berebut tulang di bawah ban mobil yang segera akan berjalan dengan jeritan mengerikan memanggil tuhannya: Miaw!
2012
RODA BAN MOBIL BEJALAN

kata puisi dalam baris dan paragraf yang kelam menyembunyikan darah kucing yang terpecah terlindas dengan tak sengaja karena kesembronoan supir yang tidak menduga di bawah mobil tempat nyaman kucing bertandang
kata puisi lagi bawa kafan kembang dan kemenyan untuk meneguhkan persembahan ala kejawen yang serba takut pada kejadian yang disebut sebagai 'apa-apa'
penyebutan itu hanya untuk mengaburkan makna yang sebenarnya kehati-hatian dan kesabaran kunci perjalanan sebelum melindaskan ban ke tubuh binatang di jalanan termasuk manusia!
2012
BUBUR KUCING AYAM IJO

di pinggir trotoar tertinggal gerobak tukang bubur dari Madura yang juga menjual sate kacang ijo dan bubur sop kambing guling beraroma strawberry
kucing-kucing berkeliaran di kaki gerobak yang tanpa roda lagi karena mangkal sepanjang hari menawarkan selera kabita kepingin ngiler pada kudapan sore siang malam bagi pejalan kemalaman menunggu tulang dan kulit ayam yang terkelupas hangus pada panggangan bakaran dan juga terpotong tertusuk berlumuran kuah sate
kucing ijo ayam bubur dan makanan kudapan melaju dalam puisi grafiti yang tumpang tindih dalam rujak kata-kata yang menyisakan bau terasi blacan budaya urban
2012
(terima kasih Firman Venayaksa atas puisimu di http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150540340939592)
No comments:
Post a Comment