Thursday, January 19, 2012

Yus Marni

SEKELUMIT LIKA LIKU BUDI

ULAR KADUT CUCI TANGAN

Budi kecil,
Belajar hiup bersih
Biasakan cuci tangan sebelum makan
Agar terbebas dari kuman
Tangannya suci
Bersih
Tak bernoda
Budi besar,
Budi besar terapkan tips
Kelit berkelit cuci tangan
Kucing kucingan
Ular ularan
Ular kadut cucian tangan
Topeng topengan
Kepalsuan
Bunglon !

Serambi resah :190112

TAWURAN

Budi belajar PPKN
Hapal pancasila
Tahu isi sila ke-tiga
persatuan Indonesia
Tapi Budi , suka pancasial
Perpecahan sesame kite
Tawuran dimane mane
Tele

Serambi resah: 190112

KURSI

Budi pilih jurusan Pembangunan
Belajar,
Teori dan praktek membangun
Membangun proyek dengan benar
Budi pintar
Budi membangun proyek fantastis
Proyek rebut merebut kursi
Memperkuat posisi
Manipulasi sana sini
 
 
Panah Kehidupan

Biarkanlah anak panah itu melesat pada tancapan yang dia inginkan. Tersebab kisaran angin dan putaran waktu telah merubah arahnya. Membentuk idealialisme dan alunan nada yang berbeda dari alunan melodi klasik yang kau pertuhankan secara paksa.
 
Semburat Luka

Kelam terjejak, rinai masih saja membasahi bumi . Tambal sulam waktu ke waktu selalu saja menderaikan rindu yang tak pernah jemu menoreh dinding kalbu. Angin malam menyampaikan salam dalam potret suram ke beranda cinta. Moleknya ibu kota telah menghipnotis dan menyeret langkahmu, menggoyahkan tiang kesetiaan antara kita. Berkelumun harap, ngilu memerangkap , retak tertetak, menyemburatkan luka tak terkira dalam penantian yang sia sia.
 
Tanah Surga

Tanah surga gudangnya petaka
kata lirik lagu tanah airku adalah tanah surga
tomgkat dan kail bisa menghidupiku
kata fakta
tanah airku tanah petaka
emas intannya Mas, semua dirampas
keadilan bagi konglomerat yang merata
persatuan kemiskinan bagi rakyat jelata
hutan dan kebunya dirampas orang kaya
ualar kadut jadi penguasa
tanah air dirampas diperkosa
kekuasan hukum ditangan mafia
tanah airku bukan l;agi tanah surga
 
AKH

Seandainya kelit kulit suaranya tak pernah mampir ke gendang telinagku sore itu, tentu saja gemanya tak akan pernah hadir dalam mimpiku saat ini. Sekiranya tatapan matanya yang tajam membidik , menembus persemayaman rasa jiwa, takku tatap kala itu, mungkin aku tak akan pernah tenggalam dalam lembah dan kubangan rasa luka yang sedalam ini. Seyogyanya elang perkasa itu tak perlu hinggap menancap di pohon hatiku. Biar luka ini tak perlu tergores , hingga darahnya tak perlu mengalir membusuk dan bernanah begini.

Akh,
 
Negeri Auto Pilot
Meski kita harus mengudara dalam penerbangan impian pada cuaca yang kurang bersahabat. Kita tetap meretas asa di balik gumpalan awan tebal menggumpal gelap. Walau pilot dan ko pilot masih antara ada dan tiada nyenyak dalam mimpi mimpi tidurnya yang lena. Walau gagak menyertai penerbangan ini karena tercium bau amis di sepanjang penerbangan kita. Namun kita masih yakin bahwa penerbangan ini akan landing dengan manis berkat kearifan penumpang membangunkan pilot dari tidurnya yang lena dengan arif dan bijaksana. Tanpa harus menelan korban jiwa. Bersama kita bisa mewujudkan impian dalam ikatan nasionalisme dan patriotisme menyatukan jiwa jiwa kita.
 
Sembilu

sembilu sembili
sembilu sembili sembila
sembilu lukai hati lukai jiwa
sembilumu terlalu tajam
melukai
perih
pedih
sakitttt
apalagi kalau bermiang
akhhhh,
sembilumu torehkan luka
menusuk ke relung sukma
alirkan air mata
membasahi jiwa
aku tak kuasa
tak berdaya
toreh terus
dan terus saja
semaumu
sesukamu
sampai kau puas
tampung darahnya yang menaglir
lukiskan di atas kanvas
biar kuas dan kanvas bercerita
tentang pengorbanan
tentang pengabdianku yang ikhlas
dan rebab menyampaikan
kau tidak menggunakan kacamata yang pas
memaknai pengorbanaku

Kulukiskan luka sembilu dalam puisi 080112
 
Selai Asmara 4
Kali ini meja jiwaku tidak lagi menyuguhkan hidangan yang sama untuk kita nikmati dalam menu sarapan pagi hari ini. Rumput relasi telah menyeretmu bersama angin utara. Selai asmara yang kupersiapkan sudah memasuki kadaluarsa, tersebab terlalu lama tersalai. Angin utara sudah membawa arah perjamuan kita pada meja Kristal yang membeku. Kuhidangakan juga sepotong hati yang tercincang dengan dan sebongkah jantung yang direndang. Dan kunikmati sendiri dengan lalap bimbang merimbang serta secangkir jus mengkudu bersembilu sebagai pelengkap empat sehat lima sempurnanya luka sembilu.
 

sembahyang dengan bahasa

by Jurnal Sastratuhan Hudan on Thursday, January 19, 2012 at 12:23pm
kukia dia akan mengerti kalau malam ini aku sembahyang dengan bahasa. aku takut kehilangan jendela yang datang dalam mimpiku baru saja, orang orang di seputar jendela, lagu dan wajah aneh orang orang yang mendengarkan lagunya. jendela itu membuat aku terkenang kembali sebuah rumah keluarga yang kini anggotanya sudah beranjak tua. udara di kota itu dingin dan hujan kapan saja bisa turun. jendela yang membukakan isi kamar ke dunia luar adalah tempat aku dibesarkan. di sanalah aku tumbuh dari anak menjadi remaja, tapi tidak saat setelah dewasa. aku jadi ingat lagi, jendela itu pernah kuceritakan dalam novelku, serta teringat novelku itu, bahwa aku telah menulis novel tapi belum pernah kusyiarkan. ada apa dengan diriku ini. orang menulis untuk disyiarkan. tapi aku menahan saja novel itu dalam sebuah arsip dan jendela itu membawaku kembali kepadanya. kalau jendela itu tidak datang, mungkin aku tidak pernah ingat bahwa aku pernah menuliskan novel tentang ayahku.

ayah datang dalam mimpiku melalui jendela itu. ia datang dengan nyanyian dan kami dalam mimpi, aku, adik perempuan dan adik lelakiku, mendengarkan nyanyian ayah. ayah di luar jendela rumah, mungkin di luar rumah, aku kurang tahu di mana persisnya keberadaan ayah. sebab dari balik jendela aku melihat ayah, bernyanyi dan dalam mimpiku itu ayah masih remaja seperti diriku yang sedang ada di dalam rumah itu. ayah menyanyikan sebuah lagu yang aku lupa judulnya. tapi isi lagu itu tentang seorang anak yang mengenangkan ibunya. bercucuran air mata bila kumengenangmu. surga itu di bawah telapak kaki ibu. inilah lagu yang dinyanyikan ayah saat ia masih remaja dalam mimpiku.

sudah sejak tadi malam perasaan hatiku sedih. kukira aku baru saja kehilangan, tapi apa, aku kurang tahu. perasaan hilang itu tak dapat kuhalangi. ia muncul serta merta dalam hatiku dan tak pernah hendak pergi. aku ingin menuliskannya tapi aku telah seharian menulis sehingga tubuhku lelah sekali. bahuku panas dan aku nyaris tak bisa duduk di meja dan kursiku yang selalu setia menemaniku bekerja. terutama kursiku, ia diam saja saat dirinya kududuki. tubuhku bergoyang goyang di atas kursi dan ia sabar menerima tubuhku yang bergoyang goyang di atas kursi. ujung meja tempat aku menulis, mungkin sama setianya dengan kursiku. berhari hari, bertahun tahun, kedua lenganku tertumpu padanya, dan sekali pun dia tak pernah mengeluh bahwa dirinya ditindih oleh lenganku.

aku mengucapkan perasaan terima kasihku kepada kursi dan mejaku, dengan ucapan yang pelan sekali. bahasa yang keluar dari diriku hanya terdengar olehku seorang. tapi kukira mereka mendengarkanku lewat jiwa kami yang bergetar. kursiku tahu bahwa aku telah berterima kasih kepadanya. mejaku juga. oleh perasaan ini timbul rasa sedih dalam hatiku dan demikianlah pelan pelan aku menggeser alatku bekerja, agar bisa menaruhkan wajahku yang kecil ke atas wajahnya. kuletakkan wajahku dan kutempelkan pipiku ke atas meja dan kedua tanganku bergerak merengkuhnya. mejaku, kataku, tanpa ada suara lain selain suara itu. lama aku begitu, sebelum menyadari bahwa meja itu telah mengubah dirinya, juga kursi yang sedang kududuki mengubah dirinya.

sudah beberapa hari wajah ayah datang dan kulihat wajah ayah dalam kenangan. saat ayah masih muda dan saat aku masih anak ayah yang masih muda. wajah yang bahagia dan keras hati. wajah ayah sangatlah khas bagi kami anak anaknya, juga bagi orang yang pernah mengenalnya. sorotnya bertukar tukar seolah hidup ini sendiri. kadang membatu dan dari kedua matanya keluar api. kadang lembut seolah wajah ibuku yang meski lembut tak kuasa menyembunyikan kekerasannya dalam bentuk yang lain. aku bisa menangkapnya walau ia jarang memperlihatkan kekerasan hatinya. oleh itu mungkin aku tak kaget, menyadari bahwa kursi dan mejaku telah mengubah diri mereka jadi sosok ayahku. tanganku masih mendekap mejaku tapi mejaku telah berubah jadi ayahku. seolah nyata sekali, bahwa tubuh ayahlah yang sejak tadi kudekap sambil meratapkan rasa kasih dan sayang.

ayah, kataku, apakah kamu berbahagia di usia tuamu saat ini? ayah telah tua dan tidak muda lagi. aku juga mulai beranjak tua, ayah, walau belum begitu tua. tapi ayah telah tua dan apakah ayah merasa bahagia dengan usia ayah yang tak lagi muda?

kurasakan wajah ayah di tanganku dan tanganku terasa memegang air mata. apakah ayah menangis, kataku. ataukah itu air mataku sendiri, kataku. sepanjang hidupnya ayah tak pernah menangis. wajahnya lembut dan membatu dalam keinginannya sendiri. tapi jelas aku telah memegang air mata walau aku masih ragu air mata siapakah yang kupegang itu. mungkin air mataku karena mulai menyadari kembali itu bukan wajah ayah tapi adalah meja tempat aku bekerja. lihatlah, air mata telah ikut bekerja juga dalam jiwamu. bahwa kamu telah membuat mimpi mimpi dengan air mata yang tanpa kamu sadar telah mengalir dari sarangnya.
KUCING PUISI SAPARDI VENAYAKSA

Tiga kucing dikubur dalam puisi dengan kafan kata-kata diberkati dengan phoneme dan morpheme yang kemudian diangkat Sarpadi Djoko Damono dalam ruang kuliah yang penuh sesak dengan buku antologi puisi grafiti

Bangkai kucing dikubur di halaman puisi Firman Venayaksa dengan upacara kejawen karena bulunya berwarna tiga coklat hitam putih yang dikenal dengan kucing kembang telon

Malam-malam kucing berguling berebut tulang di bawah ban mobil yang segera akan berjalan dengan jeritan mengerikan memanggil tuhannya: Miaw!
2012

RODA BAN MOBIL BEJALAN

kata puisi dalam baris dan paragraf yang kelam menyembunyikan darah kucing yang terpecah terlindas dengan tak sengaja karena kesembronoan supir yang tidak menduga di bawah mobil tempat nyaman kucing bertandang

kata puisi lagi bawa kafan kembang dan kemenyan untuk meneguhkan persembahan ala kejawen yang serba takut pada kejadian yang disebut sebagai 'apa-apa'

penyebutan itu hanya untuk mengaburkan makna yang sebenarnya kehati-hatian dan kesabaran kunci perjalanan sebelum melindaskan ban ke tubuh binatang di jalanan termasuk manusia!
2012

BUBUR KUCING AYAM IJO

di pinggir trotoar tertinggal gerobak tukang bubur dari Madura yang juga menjual sate kacang ijo dan bubur sop kambing guling beraroma strawberry

kucing-kucing berkeliaran di kaki gerobak yang tanpa roda lagi karena mangkal sepanjang hari menawarkan selera kabita kepingin ngiler pada kudapan sore siang malam bagi pejalan kemalaman menunggu tulang dan kulit ayam yang terkelupas hangus pada panggangan bakaran dan juga terpotong tertusuk berlumuran kuah sate

kucing ijo ayam bubur dan makanan kudapan melaju dalam puisi grafiti yang tumpang tindih dalam rujak kata-kata yang menyisakan bau terasi blacan budaya urban
2012

(terima kasih Firman Venayaksa atas puisimu di http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150540340939592)

Tuesday, November 29, 2011

KUMPULAN PUISI MBELING MUHAMMAD ROIS RINALDI

BUKTI DAN SAKSI KEBERADAAN

kitalah bukti dan saksi pencurian hasil bumi
darat dan laut beroramakan penghianatan
kayu-kayu tak dibiarkan menetapi tanahnya
ikan-ikan merenangi lautan asing

kitalah bukti dan saksi perdagangan harga diri
ribuan paduan suara menyanyikan lagu kebangsaan
: INDONESIA RAYA, sumbang!
sanjungan untuk inspektur upacara kemerdekaan
:penghianat yang lari dari medan perang itu

bangsa ini kawan, lahir dari darah dan airmata
tigaratus limapuluh tahun sejarah perjuangan terbentang
nenek moyangmu gugur di hutan, tenggelam di dasar lautan
kita menjadi bukti dan saksi anak cucu pejuang menjadi pecundang!

bangkit!
bangkit sebelum bangsa ini menjadi panggung lelucon
hentikan kepura-puraan dalam upacara kemerdekaan
bungkam suara-suara sumbang yang diperdagangkan
kita, kita kawan yang tertinggal dalam bentang keberadaan

CILEGON-BANTEN
28-11-11
 

DIRASA-RASA

Lahir tak membawa apa-apa
Dititipkan tahta dan harta
Sombong mengonggong
Kelak mati baru tahu rasa

______________________________

BANGSA MISKIN

Telah kita saksikan
Berbondong-bondong anak bangsa
Ke luar negeri, jadi pambantu
Miskin sekali yah, bangsa ini?

______________________________

Tua-Tua Perawan

Itu loh.... si mbok minah minta nikah
Umurnya sudah lima puluh tahun
Tapi dia yakin lebih perawan
Ketimbang anak SMP yang lewat tadi

________________________________
Gelagat

Lirik lagu boleh islami
Tapi bagaimana dengan yang nyanyi?
Dan bagaimana dengan penonoton
yang lagi mabuk di bawah panggung itu?

_________________________________
Amal-Umel

Pikir dipikir
Mau salat bikin pengumuman
Mau puasa bikin pengumuman
Dasar mulut ember, amalnya bocor tuh!

Cilegon-Banten
_________________________________

MIMBAR SESUMBAR

Itu mimbar tempat sesumbar, naiklah
ucapkan janji-janji pada kami
kami akan mendengar dengan setia
tapi setelah selesai jangan berani turun
karena kami akan mengarakmu
ke jelan-jalan untuk melihat kenyataan!

CILEGON

__________________________________
RUMUS POLITIK

Akur sedulur
makmur sedapur

CILEGON-BANTEN

__________________________________

WAJAH PALSU

Menjelang pemilu
para calon gubernur tidur di rumah penduduk
pagi-pagi mandi menimba air di sumur
satu
dua
tiga
kejebur. Amin

CILEGON-BANTEN

___________________________________

KEBIJAKAN TUKANG TIDUR

Peserta rapat paripurna mendengkur
pimpinan rapat bicara tambah ngelantur
"sepekat!" kata pimpinan rapat
peserta rapat kaget menjawab
"sepakat"
rakyat semakin sekarat!

CILEGON-BANTEN
___________________________________

BENDERA

Di atas berwarna merah putih
di bawahnya :
kuning, hijau, biru
merah putih diturunkan
berkibarlah bendera abu-abu

CILEGON-BANTEN

___________________________________

BANTEN

Djoko - Atut
Atut - Masduki
Atut - Rano
Selama ini hanya ada nama atut?
banten sudah jadi apa!?

CILEGON-BANTEN
____________________________________

TUKANG PUISI

Dalam puisi dipenuhi nama Tuhan
dalam hati berjejal nafsu setan
puisi ketuhanan yang penuh kebohongan!

CILEGON-BANTEN

____________________________________
IBU

Ibuku selalu berkata
jika ingin kaya aku harus bekerja keras
tapi di istana negara tukang tidur kaya raya

Ibuku selalu berkata jika ingin dipercaya aku harus jujur
tapi para koruptor selalu memenangkan pemilu

Ibuku selalu berkata baik agar aku jadi anak baik
tapi aku tak yakin para penjual negara itu
tidak pernah dibekali kata-kata baik oleh ibunya

CILEGON-BANTEN
___________________________________

MENCARI ALAMAT

Di saat aku mencari alamat kantor pemerintahan
aku bertemu seorang pemulung
aku bertanya padanya
lalu ia menunjuk tong sampah dan pergi

CILEGON-BANTEN

____________________________________

MINUMAN UNTUK GURU

Dik, pagi ini tak usah berangkat sekolah
guru-guru sedang demo minta naik gaji
belajar di rumah saja

Di kamar mandi kau bebas beronani
jika cairan putih dan kental
ke luar dari kemaluanmu
simpanlah dalam gelas

Besok berikan pada gurumu
sebagai tanda terima kasih

CILEGON-BANTEN

___________________________________

KUAKUI

Kuakui kau bisa makan apa saja yang kau sukai
tapi jika kelak kau tersesat dalam hutan
di sana tidak ada undang-undang perlindungan
jangan salahkan binatang jika menjadikanmu santapan

Kuakui kau memang sangat perkasa
hukum bisa kau binasakan
tapi jangan salahkan Tuhan
di akhirat kau dijebloskan dalam neraka

Dan sekali lagi kuakui
kau adalah penguasa
tapi, kau pun harus mengakui
hatimu dikusai setan

CILEGON-BANTEN

____________________________________

IBU GUBERNUR

Ibuku sayang, aku datang membawa berita
besok, sekumpulan mahasiswa akan menggelar demo
katanya sih...masalah dana hibah
malam ini kirimkanlah anjing-anjing penjilatmu

Hitung lagi pembagiannya, jangan sampai kurang
sedikit saja kurang mereka bisa marah
ini yang biasa kita sebut asas keberadilan

CILEGON-BANTEN

____________________________________

BENAR

Sebenarnya tidak ada yang salah
karena kebenaran sudah mati
jika sudah begini tinggal uji nyali
siapa yang punya nyali besar
dialah yang bisa menembus
lubang-lubang kenikmatan

CILEGON-BANTEN

____________________________________

MENJADI PRESIDEN

Sudah, aku saja yang menjadi presiden
aku juga bisa berpura-pura
karena aku lahir dari rahim sandiwara

Aku juga pandai menyusun kata
sudah pasti pidato kenegaraanku lebih mengena

Yah....
Kalau urusan korupsi
tinggal buat kesepakatan bersama
barang siapa ketahuan
segera larikan ke luar negeri

Gampang saja kan?
sudah!
biar aku saja yang jadi presiden

CILEGON-BANTEN

Sunday, November 27, 2011

Muhammad Rois Rinaldi

GELANGGANG

wahai engkau anak tepi jalan
jika sudah menyangkut urusan perut
tak usah menatap heran seperti itu
mata-mata sudah menjadi buta
nurani ada pada lembaran uang
dan Tuhan, entah di kemanakan

ribuan anak digiring ke sekolah
dicekoki sejarah manusia purba
sedangkan dirimu menggiring hari
menatap kepurbaan manusia

meski penghuni istana berpesta atas dirimu
gunung-gunung itu masih menjulang tinggi
pundak keringmu mampu mengusung mimpi

ini hanya masalah pertarungan dan pertaruhan
antara menjual dan terjual dalam perdagangan

tak usah heran
bentang jalan masih sangat panjang
percayalah,
pada akhirnya kau yang akan menang

CILEGON-BANTEN
27-11-2011
HUJAN

seorang wanita renta memutar-putar tasbih, penuh takjub hati tengadah penuh pada Tuhannya, di ruang yang lain seorang cucu memanggil neneknya, ketakutan, hujan menutup jendela, petir menyambar suara-suara.

HUJAN II
... ... ...
"kenapa hujan enggan menyentuhku?" tanyaku pada sepi
lantas dari seberang hujan kulihat gelap berlari cepat ke arahku

KELAK

kelak kau juga akan tahu, seperti apa rupa hatiku
ketika kau begitu semangat menggali kuburmu sendiri

KELAK II

di saat kau melintasi kota dan seluruh penghuni meludahimu
kau akan mengingatku

25/11/11/CILEGON
PERWAJAHAN NEGERI

tuan, telah tersuguh sesajen hati, ampela juga jantung
kemarilah, bawa darah segar juga airmata paling amis
silahkan naik podium, telah disiapkan kata-kata indah
takkan ada yang berani memotong kalimatmu
majlis ini sudah seperti pemakaman

jangan lupa kata ganti "kami"
karena aku dan mereka ada di belakangmu
kau seret di jalan-jalan, memutari pemukiman
dan kardus tempat kami mendengkur
berpilarkan bendera-benderamu

wajah warna-warni menghiasi dinding kami
merah, sumpah serapah penuh luka
kuning, kemuning sawah kami
menjadi penyumbang istanamu
segenggam pun tak kau beri
kemarau di lambung perih!
biru, langit kami tuan
diselimuti awan hitam
dan putih?
kami nyaris buta warna!

majlis ini telah menjadi pemakaman suara
tempat menyajikan diri tanpa harga
silahkan dimulai, bacalah kalimatkalimat Tuhan
meski beraroma dusta, kita amini bersama

Serang - Banten
Komunitas K
alam Fatahillah
26-11-2011
 

Thursday, November 24, 2011

Muhammad Rois Rinaldi

SAJAK PENANTIAN

pantai ini kawan, masih menyimpan keindahan
kita bisa berbicara tentang bulan purnama
tentang potongan bintang di jemari
atau tentang kunang-kunang
yang asyik menari-nari

tentang apa saja yang indah
sebelum pantai ini ditinggalkan

tapi mata terlanjur berprasangka
bertahun-tahun menyantap empedu
tanpa poros memutari labirin waktu
setiap pagi kita mandi bersama
dengan darah dan airmata

sebab terlalu lama menimang dusta
jauh memandang, menanti nahkoda pulang
di antara gulung ombak, harapan timbul tenggelam

CILEGON-BANTEN
19-11-2011
 
SEBATAS KATA

sudah pukul tiga tepat dini hari,
angin berbisik padaku
“mereka bohong, sama seperti biasanya”
kupejamkan mata, bulu roma tegak berdiri
tengadah ke langit-langit perih

kuhisap rokok, kepulnya mengumpul dalam paru-paru
nampak wajah bangsa yang sedang kita bicarakan
berada di antara kepulan, hitam dan berlubang

perlahan suara-suara menjinjit langkah melarikan diri
sepi…
kubuka mata, tak ada siapa-siapa
hanya kibar lelah bendera di ujung tiang

di teras pendopo nampak kata-kata berserakan
tak satu pun dapat terbaca maknanya

CILEGON-BANTEN
19-11-2011
 
PERCUMBUAN KAPAL II

aku takkan percaya pada julur lidahmu yang membasahi bibirku
kendi itu telah menjadi misteri cinta di antara jejak pelarian
tahta yang kupertaruhkan dan kau letakkan di atas layar
sudah buta arah, sebab saksi kini telah tersembunyi

semenjak laut kehilangan ombak, birahi terkikis gerimis
muaramu tak sanggup kutebak, terkalang kabut di pelipis
hingga purna asa dalam penantian, gerimis kian menderas
hujan garam meliangi luka-luka, mengerang hampa tangis

kini kau mengalihkan angin ke arahku, membawa kapal
mengibarkan layar, penghianatanmu kekal dalam ingatan
dari jauh kau melambaikan tangan melempar senyuman

sebelum fajar datang dalam sebuah pertemuan
aku tengah merenangi kisah cinta bersama desah ombak
diam-diam di samudera yang tak pernah kau singgahi

CILEGON-BANTEN
19-11-2011
 
DAGELAN MAHASISWA

ayo kawan, nyalakan api perlawanan!
sebelum negeri menjadi tempat cuci kaki
tempat membuang kotoran para pencuri
najis! dada negeri sesak penuh janji

di sini, hanya ada pembohong
kita adalah saksi yang belum buta
mulut-mulut nganga di jalan utama
berhenti duduk manis membedah pustaka
menumpuk tanya lantas membuangnya
sebelum dibawa lari pemborong

almamater telah menjadi bendera
suara-suara dikumpulkan, menjadi slogan
dan kita terpendam di kampus-kampus
dalam kungkung buku-buku dan silabus

nyalakan api perlawanan!
orang-orang mulai bosan
pada warna almamater
pada suara kemajuan

:karena semua seperti dagelan
memuakkan!

CILEGON-BANTEN
11-2011
 
SEBELUM AKU TULI

aku masih bernyanyi,tarian belum terhenti
saksikanlah, aku menggelinjang sendiri
maka tertawalah, hingga aku tuli
tak lagi peduli pada caci maki

CILEGON-BANTEN
16-11-2011
 
BIANGLALA SEUSAI HUJAN

ibu
kutahu engkau ingin mengajukan pertanyaan
tentang kepak sayap yang membawaku terbang
tentang julang langit yang selalu aku impikan
tentang awan hitam yang kerap mengantarku pulang

kutahu, setiap malam engkau merayu Tuhan
tengadah di atas sajadah yang membasah
agar tangan-Nya segera menarikku dalam dekapan
seperti kala kecil, aku memainkan putingmu penuh cinta

ibu,
inilah masa yang tiada suka
detik-detik yang terajut seperti cuka
di antara manusia aku serupa primata
tak berani bersua meski hati berbicara

bila kau merindu,
pandangilah bianglala seusai hujan
ada airmataku yang mengaliri rumah kita
membasuh kakimu lalu bermuara di dadaku

ibu
kutahu engkau ingin mengajukan pertanyaan
dan senyum awan hitam adalah jawaban

malam semakin larut, tidurlah dengan tenang
mungkin esok aku takkan pulang, masih terbang

CILEGON-BANTEN
16-11-2011
 
DEMI MASA

demi masa Engkau bersumpah
kerugian adalah nyata di depan mata
tiada lumbung padi atau sekotak emas
yang melambungkan derajat azali
segalanya fana, dari tiada kembali tiada

demi masa engkau bersumpah
sombong bukan selendang manusia
meski meninggikan suara ketika fajar
akan gemetar dan patah
ketika senja menampakkan wujudnya

tundukku mengetuk pintu
bila masa yang dijanjikan datang
ruh dan raga ini akan meregang
tinggalah bangkai terbujur kaku

demi masa Engkau bersumpah
demi nama-Mu aku bersaksi

CILEGON-BANTEN
13 NOVEMBER 2011
 
SUARA DI TEPI JALAN

aku membatu di tepi jalan
terdengar irisan tangis membasah
merayapi aspal mendekat ke arahku
aku tertangkap, nyaris terbenam
ia berbisik padaku :
"inilah kenyataan yang tersembunyi"

tiba-tiba aku berada di dasar laut
tak ada ikan, terumbu karang meregang
tak kutemukan asin, tawar di hambar rasa
nafasku kian sesak, meluncur ke arah cahaya

tapi laut yang kucumbu dan busa putih
telah berhasil menculikku, entah kapan
:mungkin ketika aku tertidur

wajah-wajah silih bertandang
menyampaikan salam perpisahan
kupilin napas, hingga lilitan ke sekian
aku kembali di tepian jalan, lengang
hanya ada bisikan lirih di telinga

CILEGON 13-11-2011
 
SKETSA TELAGA

rupamu hilang dalam telaga
larung sudah segala asa
duduk di tepian masa
menunggu saatnya binasa

bening telaga terhenti di kaki gunung
bebatuan hitam semburat di mataku
hati dan dua burung di atas kepala
menjadi saksi penantian

kusenandungkan lagu cinta
dipetik nada kematian

bersama ranting yang patah
aku terjatuh ke pelukan tanah

CILEGON-BANTEN
12-11-2011
 

Andika Rifan Gozali

LIHATLAH...!!!!

Saudaraku....
lihatlah muka bisu para pemulung
lihatlah hati mati para politisi
lihatlah tangan penuh uang para pengadil
lihatlah tatapan kosong sarjana muda

lihatlah hutan menjadi lahan
lihatlah petani menelan jerami
lihatlah buruh melamunkan PHK
lihatlah balita mengganti dotnya dengan sebatang rokok

Saudaraku....
Ketika kau melihat semua itu
Putuskanlah
Apakah kau ingin membutakan mata
atau menajamkannya...
Di ujung parkir bandara

seorang supir taksi
melamunkan masa depannya
yang akan terenggut sebentar lagi

Di ujung desa Camar Bulan
seorang petani karet
melamunkan masa lalunya
memimpikan bau aspal goreng yang tertunda

Di ujung meja kerja
seorang menteri
mencoretkan tinta hitam
pertanda sah sebuah proyek besar
kereta langsung ke bandara

Dari ujung ke ujung Indonesia
Rakyat mulai sadar...
ternyata Indonesia hanyalah sekecil itu
Sekecil kota bernama jakarta
 
REVOLUSI KECIL

Akhirnya terjadi
setelah lama dinanti
momentum disintegrasi
pergerakan rakyat revolusi

Lihatlah jerit merdeka papua
Rasakan tawa bebas camar bulan
Dan dengarlah suara lantang buruh tangerang

Kurasa
tidak lama lagi
akan penuh kejutan di negeri ini
 
...