Tuesday, November 29, 2011
Sunday, November 27, 2011
Muhammad Rois Rinaldi
GELANGGANG
wahai engkau anak tepi jalan
jika sudah menyangkut urusan perut
tak usah menatap heran seperti itu
mata-mata sudah menjadi buta
nurani ada pada lembaran uang
dan Tuhan, entah di kemanakan
ribuan anak digiring ke sekolah
dicekoki sejarah manusia purba
sedangkan dirimu menggiring hari
menatap kepurbaan manusia
meski penghuni istana berpesta atas dirimu
gunung-gunung itu masih menjulang tinggi
pundak keringmu mampu mengusung mimpi
ini hanya masalah pertarungan dan pertaruhan
antara menjual dan terjual dalam perdagangan
tak usah heran
bentang jalan masih sangat panjang
percayalah,
pada akhirnya kau yang akan menang
CILEGON-BANTEN
27-11-2011HUJAN
seorang wanita renta memutar-putar tasbih, penuh takjub hati tengadah penuh pada Tuhannya, di ruang yang lain seorang cucu memanggil neneknya, ketakutan, hujan menutup jendela, petir menyambar suara-suara.
HUJAN II ... ... ...
"kenapa hujan enggan menyentuhku?" tanyaku pada sepi
lantas dari seberang hujan kulihat gelap berlari cepat ke arahku
KELAK
kelak kau juga akan tahu, seperti apa rupa hatiku
ketika kau begitu semangat menggali kuburmu sendiri
KELAK II
di saat kau melintasi kota dan seluruh penghuni meludahimu
kau akan mengingatku
25/11/11/CILEGON
PERWAJAHAN NEGERI
tuan, telah tersuguh sesajen hati, ampela juga jantung
kemarilah, bawa darah segar juga airmata paling amis
silahkan naik podium, telah disiapkan kata-kata indah takkan ada yang berani memotong kalimatmu
majlis ini sudah seperti pemakaman
jangan lupa kata ganti "kami"
karena aku dan mereka ada di belakangmu
kau seret di jalan-jalan, memutari pemukiman
dan kardus tempat kami mendengkur
berpilarkan bendera-benderamu
wajah warna-warni menghiasi dinding kami
merah, sumpah serapah penuh luka
kuning, kemuning sawah kami
menjadi penyumbang istanamu
segenggam pun tak kau beri
kemarau di lambung perih!
biru, langit kami tuan
diselimuti awan hitam
dan putih?
kami nyaris buta warna!
majlis ini telah menjadi pemakaman suara
tempat menyajikan diri tanpa harga
silahkan dimulai, bacalah kalimatkalimat Tuhan
meski beraroma dusta, kita amini bersama
Serang - Banten
Komunitas Kalam Fatahillah
26-11-2011
wahai engkau anak tepi jalan
jika sudah menyangkut urusan perut
tak usah menatap heran seperti itu
mata-mata sudah menjadi buta
nurani ada pada lembaran uang
dan Tuhan, entah di kemanakan
ribuan anak digiring ke sekolah
dicekoki sejarah manusia purba
sedangkan dirimu menggiring hari
menatap kepurbaan manusia
meski penghuni istana berpesta atas dirimu
gunung-gunung itu masih menjulang tinggi
pundak keringmu mampu mengusung mimpi
ini hanya masalah pertarungan dan pertaruhan
antara menjual dan terjual dalam perdagangan
tak usah heran
bentang jalan masih sangat panjang
percayalah,
pada akhirnya kau yang akan menang
CILEGON-BANTEN
27-11-2011
HUJAN
seorang wanita renta memutar-putar tasbih, penuh takjub hati tengadah penuh pada Tuhannya, di ruang yang lain seorang cucu memanggil neneknya, ketakutan, hujan menutup jendela, petir menyambar suara-suara.
HUJAN II ... ... ...
"kenapa hujan enggan menyentuhku?" tanyaku pada sepi
lantas dari seberang hujan kulihat gelap berlari cepat ke arahku
KELAK
kelak kau juga akan tahu, seperti apa rupa hatiku
ketika kau begitu semangat menggali kuburmu sendiri
KELAK II
di saat kau melintasi kota dan seluruh penghuni meludahimu
kau akan mengingatku
25/11/11/CILEGON
PERWAJAHAN NEGERI
tuan, telah tersuguh sesajen hati, ampela juga jantung
kemarilah, bawa darah segar juga airmata paling amis
silahkan naik podium, telah disiapkan kata-kata indah takkan ada yang berani memotong kalimatmu
majlis ini sudah seperti pemakaman
jangan lupa kata ganti "kami"
karena aku dan mereka ada di belakangmu
kau seret di jalan-jalan, memutari pemukiman
dan kardus tempat kami mendengkur
berpilarkan bendera-benderamu
wajah warna-warni menghiasi dinding kami
merah, sumpah serapah penuh luka
kuning, kemuning sawah kami
menjadi penyumbang istanamu
segenggam pun tak kau beri
kemarau di lambung perih!
biru, langit kami tuan
diselimuti awan hitam
dan putih?
kami nyaris buta warna!
majlis ini telah menjadi pemakaman suara
tempat menyajikan diri tanpa harga
silahkan dimulai, bacalah kalimatkalimat Tuhan
meski beraroma dusta, kita amini bersama
Serang - Banten
Komunitas Kalam Fatahillah
26-11-2011
Thursday, November 24, 2011
Muhammad Rois Rinaldi
SAJAK PENANTIAN
pantai ini kawan, masih menyimpan keindahan
kita bisa berbicara tentang bulan purnama
tentang potongan bintang di jemari
atau tentang kunang-kunang
yang asyik menari-nari
tentang apa saja yang indah
sebelum pantai ini ditinggalkan
tapi mata terlanjur berprasangka
bertahun-tahun menyantap empedu
tanpa poros memutari labirin waktu
setiap pagi kita mandi bersama
dengan darah dan airmata
sebab terlalu lama menimang dusta
jauh memandang, menanti nahkoda pulang
di antara gulung ombak, harapan timbul tenggelam
CILEGON-BANTEN
19-11-2011
pantai ini kawan, masih menyimpan keindahan
kita bisa berbicara tentang bulan purnama
tentang potongan bintang di jemari
atau tentang kunang-kunang
yang asyik menari-nari
tentang apa saja yang indah
sebelum pantai ini ditinggalkan
tapi mata terlanjur berprasangka
bertahun-tahun menyantap empedu
tanpa poros memutari labirin waktu
setiap pagi kita mandi bersama
dengan darah dan airmata
sebab terlalu lama menimang dusta
jauh memandang, menanti nahkoda pulang
di antara gulung ombak, harapan timbul tenggelam
CILEGON-BANTEN
19-11-2011
SEBATAS KATA
sudah pukul tiga tepat dini hari,
angin berbisik padaku
“mereka bohong, sama seperti biasanya”
kupejamkan mata, bulu roma tegak berdiri
tengadah ke langit-langit perih
kuhisap rokok, kepulnya mengumpul dalam paru-paru
nampak wajah bangsa yang sedang kita bicarakan
berada di antara kepulan, hitam dan berlubang
perlahan suara-suara menjinjit langkah melarikan diri
sepi…
kubuka mata, tak ada siapa-siapa
hanya kibar lelah bendera di ujung tiang
di teras pendopo nampak kata-kata berserakan
tak satu pun dapat terbaca maknanya
CILEGON-BANTEN
19-11-2011
PERCUMBUAN KAPAL II
aku takkan percaya pada julur lidahmu yang membasahi bibirku
kendi itu telah menjadi misteri cinta di antara jejak pelarian
tahta yang kupertaruhkan dan kau letakkan di atas layar
sudah buta arah, sebab saksi kini telah tersembunyi
semenjak laut kehilangan ombak, birahi terkikis gerimis
muaramu tak sanggup kutebak, terkalang kabut di pelipis
hingga purna asa dalam penantian, gerimis kian menderas
hujan garam meliangi luka-luka, mengerang hampa tangis
kini kau mengalihkan angin ke arahku, membawa kapal
mengibarkan layar, penghianatanmu kekal dalam ingatan
dari jauh kau melambaikan tangan melempar senyuman
sebelum fajar datang dalam sebuah pertemuan
aku tengah merenangi kisah cinta bersama desah ombak
diam-diam di samudera yang tak pernah kau singgahi
CILEGON-BANTEN
19-11-2011
DAGELAN MAHASISWA
ayo kawan, nyalakan api perlawanan!
sebelum negeri menjadi tempat cuci kaki
tempat membuang kotoran para pencuri
najis! dada negeri sesak penuh janji
di sini, hanya ada pembohong
kita adalah saksi yang belum buta
mulut-mulut nganga di jalan utama
berhenti duduk manis membedah pustaka
menumpuk tanya lantas membuangnya
sebelum dibawa lari pemborong
almamater telah menjadi bendera
suara-suara dikumpulkan, menjadi slogan
dan kita terpendam di kampus-kampus
dalam kungkung buku-buku dan silabus
nyalakan api perlawanan!
orang-orang mulai bosan
pada warna almamater
pada suara kemajuan
:karena semua seperti dagelan
memuakkan!
CILEGON-BANTEN
11-2011
SEBELUM AKU TULI
aku masih bernyanyi,tarian belum terhenti
saksikanlah, aku menggelinjang sendiri
maka tertawalah, hingga aku tuli
tak lagi peduli pada caci maki
CILEGON-BANTEN
16-11-2011
BIANGLALA SEUSAI HUJAN
ibu
kutahu engkau ingin mengajukan pertanyaan
tentang kepak sayap yang membawaku terbang
tentang julang langit yang selalu aku impikan
tentang awan hitam yang kerap mengantarku pulang
kutahu, setiap malam engkau merayu Tuhan
tengadah di atas sajadah yang membasah
agar tangan-Nya segera menarikku dalam dekapan
seperti kala kecil, aku memainkan putingmu penuh cinta
ibu,
inilah masa yang tiada suka
detik-detik yang terajut seperti cuka
di antara manusia aku serupa primata
tak berani bersua meski hati berbicara
bila kau merindu,
pandangilah bianglala seusai hujan
ada airmataku yang mengaliri rumah kita
membasuh kakimu lalu bermuara di dadaku
ibu
kutahu engkau ingin mengajukan pertanyaan
dan senyum awan hitam adalah jawaban
malam semakin larut, tidurlah dengan tenang
mungkin esok aku takkan pulang, masih terbang
CILEGON-BANTEN
16-11-2011
DEMI MASA
demi masa Engkau bersumpah
kerugian adalah nyata di depan mata
tiada lumbung padi atau sekotak emas
yang melambungkan derajat azali
segalanya fana, dari tiada kembali tiada
demi masa engkau bersumpah
sombong bukan selendang manusia
meski meninggikan suara ketika fajar
akan gemetar dan patah
ketika senja menampakkan wujudnya
tundukku mengetuk pintu
bila masa yang dijanjikan datang
ruh dan raga ini akan meregang
tinggalah bangkai terbujur kaku
demi masa Engkau bersumpah
demi nama-Mu aku bersaksi
CILEGON-BANTEN
13 NOVEMBER 2011
SUARA DI TEPI JALAN
aku membatu di tepi jalan
terdengar irisan tangis membasah
merayapi aspal mendekat ke arahku
aku tertangkap, nyaris terbenam
ia berbisik padaku :
"inilah kenyataan yang tersembunyi"
tiba-tiba aku berada di dasar laut
tak ada ikan, terumbu karang meregang
tak kutemukan asin, tawar di hambar rasa
nafasku kian sesak, meluncur ke arah cahaya
tapi laut yang kucumbu dan busa putih
telah berhasil menculikku, entah kapan
:mungkin ketika aku tertidur
wajah-wajah silih bertandang
menyampaikan salam perpisahan
kupilin napas, hingga lilitan ke sekian
aku kembali di tepian jalan, lengang
hanya ada bisikan lirih di telinga
CILEGON 13-11-2011
SKETSA TELAGA
rupamu hilang dalam telaga
larung sudah segala asa
duduk di tepian masa
menunggu saatnya binasa
bening telaga terhenti di kaki gunung
bebatuan hitam semburat di mataku
hati dan dua burung di atas kepala
menjadi saksi penantian
kusenandungkan lagu cinta
dipetik nada kematian
bersama ranting yang patah
aku terjatuh ke pelukan tanah
CILEGON-BANTEN
12-11-2011
Andika Rifan Gozali
LIHATLAH...!!!!
Saudaraku....
lihatlah muka bisu para pemulung
lihatlah hati mati para politisi
lihatlah tangan penuh uang para pengadil
lihatlah tatapan kosong sarjana muda
lihatlah hutan menjadi lahan
lihatlah petani menelan jerami
lihatlah buruh melamunkan PHK
lihatlah balita mengganti dotnya dengan sebatang rokok
Saudaraku....
Ketika kau melihat semua itu
Putuskanlah
Apakah kau ingin membutakan mata
atau menajamkannya...Di ujung parkir bandara
seorang supir taksi
melamunkan masa depannya
yang akan terenggut sebentar lagi
Di ujung desa Camar Bulan
seorang petani karet
melamunkan masa lalunya
memimpikan bau aspal goreng yang tertunda
Di ujung meja kerja
seorang menteri
mencoretkan tinta hitam
pertanda sah sebuah proyek besar
kereta langsung ke bandara
Dari ujung ke ujung Indonesia
Rakyat mulai sadar...
ternyata Indonesia hanyalah sekecil itu
Sekecil kota bernama jakarta
REVOLUSI KECIL
Akhirnya terjadi
setelah lama dinanti
momentum disintegrasi pergerakan rakyat revolusi
Lihatlah jerit merdeka papua
Rasakan tawa bebas camar bulan
Dan dengarlah suara lantang buruh tangerang
Kurasa
tidak lama lagi
akan penuh kejutan di negeri ini
...
Saudaraku....
lihatlah muka bisu para pemulung
lihatlah hati mati para politisi
lihatlah tangan penuh uang para pengadil
lihatlah tatapan kosong sarjana muda
lihatlah hutan menjadi lahan
lihatlah petani menelan jerami
lihatlah buruh melamunkan PHK
lihatlah balita mengganti dotnya dengan sebatang rokok
Saudaraku....
Ketika kau melihat semua itu
Putuskanlah
Apakah kau ingin membutakan mata
atau menajamkannya...
Di ujung parkir bandara
seorang supir taksi
melamunkan masa depannya
yang akan terenggut sebentar lagi
Di ujung desa Camar Bulan
seorang petani karet
melamunkan masa lalunya
memimpikan bau aspal goreng yang tertunda
Di ujung meja kerja
seorang menteri
mencoretkan tinta hitam
pertanda sah sebuah proyek besar
kereta langsung ke bandara
Dari ujung ke ujung Indonesia
Rakyat mulai sadar...
ternyata Indonesia hanyalah sekecil itu
Sekecil kota bernama jakarta
seorang supir taksi
melamunkan masa depannya
yang akan terenggut sebentar lagi
Di ujung desa Camar Bulan
seorang petani karet
melamunkan masa lalunya
memimpikan bau aspal goreng yang tertunda
Di ujung meja kerja
seorang menteri
mencoretkan tinta hitam
pertanda sah sebuah proyek besar
kereta langsung ke bandara
Dari ujung ke ujung Indonesia
Rakyat mulai sadar...
ternyata Indonesia hanyalah sekecil itu
Sekecil kota bernama jakarta
REVOLUSI KECIL
Akhirnya terjadi
setelah lama dinanti
momentum disintegrasi pergerakan rakyat revolusi
Lihatlah jerit merdeka papua
Rasakan tawa bebas camar bulan
Dan dengarlah suara lantang buruh tangerang
Kurasa
tidak lama lagi
akan penuh kejutan di negeri ini
...
Amien Prop
SKETSA JELATA
ufuk timur, langit terbelah. embun menguap lindap. kabut berganti kepul asap dapur.
di atas tungku, ibu-ibu tengah menanak batu. menunggunya matang, sambil menyeka airmata anaknya yang berlinang.
''emak..saya lapar..'' rintihnya pilu.
perut mereka kosong, mimpi si anak gosong ; terpanggang matahari.
prop @ rembang, 23nop2011
ufuk timur, langit terbelah. embun menguap lindap. kabut berganti kepul asap dapur.
di atas tungku, ibu-ibu tengah menanak batu. menunggunya matang, sambil menyeka airmata anaknya yang berlinang.
''emak..saya lapar..'' rintihnya pilu.
perut mereka kosong, mimpi si anak gosong ; terpanggang matahari.
prop @ rembang, 23nop2011
Jack Waluya Angurbaya
Dan Dia adalah Hu
Dan lihatlah aksara itu
Ia tak bisa berbicara, namun ia ada
Mampukah jari-jemarimu melukisnya
lengkap dengan pasangan serta sandangannya
Ha Na Ca Ra Ka
Ia menyimpan makna di setiap bentuknya
Engkau saling taling tarung hingga terbentuk dhirga
Da Ta Sa Wa La
Terkadang engkau harus memangku yang lain
Namun, kematianlah yang diharapkan oleh sang pemangku
Aku memasangkan suku pada Ha-ku,
Lalu aku menyebutnya Hu...
Secara lirih
Indah, hati terasa bergetar
Saat aku rapal Hu, dalam keheningan
Dia adalah Hu,... itu...
Jakarta, 24 November 2011
Dan lihatlah aksara itu
Ia tak bisa berbicara, namun ia ada
Mampukah jari-jemarimu melukisnya
lengkap dengan pasangan serta sandangannya
Ha Na Ca Ra Ka
Ia menyimpan makna di setiap bentuknya
Engkau saling taling tarung hingga terbentuk dhirga
Da Ta Sa Wa La
Terkadang engkau harus memangku yang lain
Namun, kematianlah yang diharapkan oleh sang pemangku
Aku memasangkan suku pada Ha-ku,
Lalu aku menyebutnya Hu...
Secara lirih
Indah, hati terasa bergetar
Saat aku rapal Hu, dalam keheningan
Dia adalah Hu,... itu...
Jakarta, 24 November 2011
Boedi Ismanto SA
SEMUT-SEMUT
bukan saja untuk tetap menjaga kekeluargaan,
berhenti sejenaknya semut setiap berpapasan -
mengabarkan kebaikan berbagi.
RAMA-RAMA
tahu, bukan, nama alias kupu-kupu? rama-rama.
sekali pun beda huruf-hurufnya - tetap terbaca,
terdengar kelembutannya.
CAPUNG-CAPUNG
capung sangat mencintai sayapnya.
sebab menjaganya bahkan dalam tidur lelapnya.
terentang, terbang tiap datang penggoda.
BELALANG-BELALANG
apa betul, belalang merusak pohon dan tanaman?
padahal, tak makan sampai akar-akarnya,
seperti para manusia menelannya.
IKAN-IKAN
jam berapakah ikan tidur. mata tak pernah pejam,
bahagia sekali menikmati dunianya.
sayang berakhir pada kail pada jala.
(Yogyakarta, 251111)MENDENGAR PAGI
tak jelas benar apa yang kudengar setiap pagi. tapi yakin
ayat-ayat suci. tak putus dibaca, seperti juga di belahan lain dunia.
(Yogyakarta, 211111)
KUPU-KUPU
Aku banyak belajar kehalusan dan kelembutan dari kupu-kupu.
Tapi aku rasa aku tak mampu. Ia begitu halus dan lembut
apalagi bisa terbang, sedang aku tetap kasar dan tak santun.
Selain hanya dapat berjalan kaki.
Aku pun belajar dan ia mengajar keindahan yang juga kusuka.
Dengan kelemah gemulaian sayapnya ia ternyata senantiasa
berhasil mencapai tujuan. Menemukan bunga-bunga manis
di taman bahkan di hutan.
Tapi aku tak putus asa. Terus mencari tahu agar hati
yang mengatur semua gerak berubah dan tunduk
kepada kehendak ilahiyah. Pasrah dalam hidup dan kehidupan,
untuk dibentuk sesuai kejadian. Menerima apa adanya
dan bersyukur atas anugrah pemberian Tuhan.
Betapa sakit berontak dan melawan keadaan. Memeranginya
habis-habisan namun lebih sering kalah dan tidak berdaya.
Ketimbang tampil sebagai pemenangnya tiap kapan dan dimana.
Kupu-kupu teruji sejak menjadi telur, ulat dan kepompong.
Bermalam bersiang bolong.
(Yogyakarta, 151111)
KAWAN YANTO
Yanto bisa juga menangis meski tidak bersuara. Ia, tetangga satu RW beda RT di perumahan, yang juga saudagar cukup besar di pasar, kemarin-kemarin malam berujar: Pedagang-pedagang kecil di kanan kirinya, tidak setiap hari mendapat untung dari hasil penjualan barang-barangnya. Sejak sebelum subuh hingga menjelang senja. Terkadang atau bahkan sering, apa yang dibawanya harus laku hari itu. Betapa pun merugi. Agar bisa kulakan esok hari dan tidak membawa pulang dagangannya kembali.
"Mengenaskan sekali, Pak," katanya, "Itu belum termasuk macam-macam retribusi juga pungli. Baik dari preman berseragam atau pun preman-preman sangar dengan dalih untuk kontribusi kota selain keamanan pula.
Terang saja, mereka hidup dari hutang ke hutang rentenir yang menawarkan pinjaman disitu. Makanya alangkah muak saya setiap kali lihat Menteri ketawa ketiwi di televisi. Dan tak bisa bayangkan bagaimana mereka di akhirat nanti."
(Yogyakarta, 81111)
RINDUMU
Apa sebenarnya rindu. Apakah sejenis penyakit menahun
yang sangat mengganggu ketika kambuh dan sangat
merisaukan hatimu. Atau siklus demam yang ketika kemarau
berlalu dan penghujan menggantikannya kau ambruk
diatas pembaringan dengan segenap rasa ngilu. Lalu mulai suka
mengigau dan ngomong sendiri disitu?
Rindu yang masih kerabat cinta memang tak jarang tanpak aneh
apalagi malam hari. Ia sering berulah mengajak terbang
padahal kita tidak bersayap. Ia pun kadang bikin mabuk kepayang.
Mencekoki kita berbotol-botol kenang. Meminta kita menjadi ikan
dan berenang dan menyelam padahal kita tidak berinsnang.
Siapa pula sebenarnya rindu. Rindu ialah orang gila yang kau tiru.
Bugil di jalanan dan berteriak tanpa malu memanggil-manggil
jiwanya yang kosong dan terbuang. Terseok-seok menapaki
tiap jengkal masa lalu, yang takkan pernah bisa kembali
sebab yang kau rindu, adalah dirimu yang kesepian dan terlupakan.
(Yogyakarta, 71111)
SAJAK PERPISAHAN - Puisi Erick Indranatan
Kita dengar denting suara senja dan gugur malam ke daun daun
Kita dengar lagu kabut di bukit cemara
Kita dengar seruling duka gembala di padang
ketika rumput telah bersih dari bianglala
kembali tenggelam ke biru gelombang laut yang jauh
mengembara menampakkan cakrawala.
Lalu malam. Rawan memperbahasa. Kita berdua
Masing-masing menatap cahaya bintang
Hanya bintang itu saja, kekasihku, mahligai yang tersempurnakan
oleh tangismu. Dan angin yang lewat
Mencatat. Dan kunang-kunang berangkat
Menghindarkan saat senyap
Lalu kita ucapkan selamat tinggal.
Yogyakarta, 1974
KETIKA SUNYI KEMBALI
Ketika sunyi datang kembali, entah dari mana ia
selama ini - tapi kehadirannya sangat terasa
di dalam hati, aku, hanya diminta mendengar suaranya. Katanya supaya aku tak lagi pernah lupa padanya,
karena ia akan selalu menjumpaiku dan mengingatkan -
kapan dan dimana.
Suara sunyi tak lain suara hati. Gampang hilang
sebab kalah keras dengan suara mulut, suara tenggorokan,
suara dada bahkan suara perut sekali pun. Yang sering
nyaring bunyinya.
Lagipula suara hati toh memang tak terekam panca indera.
Lantaran ia yang ke enam dan sulit diputar ulang. Ia lirih
setelah kota-kota kian bising dan berebut menelan
mentah-mentah manusia. Dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Ia rendah di telinga yang sekarang maunya menangkap apa saja
meski sayang tak mampu menyaringnya.
Ketika sunyi datang kembali, camkan. Bahwa kejujuran tidak bisa
berbohong dan hanya berbisik untuk kemanusiaan yang bukan main
berisik dan sok pelik.
(Yogyakarta, 21111)
bukan saja untuk tetap menjaga kekeluargaan,
berhenti sejenaknya semut setiap berpapasan -
mengabarkan kebaikan berbagi.
RAMA-RAMA
tahu, bukan, nama alias kupu-kupu? rama-rama.
sekali pun beda huruf-hurufnya - tetap terbaca,
terdengar kelembutannya.
CAPUNG-CAPUNG
capung sangat mencintai sayapnya.
sebab menjaganya bahkan dalam tidur lelapnya.
terentang, terbang tiap datang penggoda.
BELALANG-BELALANG
apa betul, belalang merusak pohon dan tanaman?
padahal, tak makan sampai akar-akarnya,
seperti para manusia menelannya.
IKAN-IKAN
jam berapakah ikan tidur. mata tak pernah pejam,
bahagia sekali menikmati dunianya.
sayang berakhir pada kail pada jala.
(Yogyakarta, 251111)
MENDENGAR PAGI
tak jelas benar apa yang kudengar setiap pagi. tapi yakin
ayat-ayat suci. tak putus dibaca, seperti juga di belahan lain dunia.
(Yogyakarta, 211111)
KUPU-KUPU
Aku banyak belajar kehalusan dan kelembutan dari kupu-kupu.
Tapi aku rasa aku tak mampu. Ia begitu halus dan lembut
apalagi bisa terbang, sedang aku tetap kasar dan tak santun.
Selain hanya dapat berjalan kaki.
Aku pun belajar dan ia mengajar keindahan yang juga kusuka.
Dengan kelemah gemulaian sayapnya ia ternyata senantiasa
berhasil mencapai tujuan. Menemukan bunga-bunga manis
di taman bahkan di hutan.
Tapi aku tak putus asa. Terus mencari tahu agar hati
yang mengatur semua gerak berubah dan tunduk
kepada kehendak ilahiyah. Pasrah dalam hidup dan kehidupan,
untuk dibentuk sesuai kejadian. Menerima apa adanya
dan bersyukur atas anugrah pemberian Tuhan.
Betapa sakit berontak dan melawan keadaan. Memeranginya
habis-habisan namun lebih sering kalah dan tidak berdaya.
Ketimbang tampil sebagai pemenangnya tiap kapan dan dimana.
Kupu-kupu teruji sejak menjadi telur, ulat dan kepompong.
Bermalam bersiang bolong.
(Yogyakarta, 151111)
KAWAN YANTO
Yanto bisa juga menangis meski tidak bersuara. Ia, tetangga satu RW beda RT di perumahan, yang juga saudagar cukup besar di pasar, kemarin-kemarin malam berujar: Pedagang-pedagang kecil di kanan kirinya, tidak setiap hari mendapat untung dari hasil penjualan barang-barangnya. Sejak sebelum subuh hingga menjelang senja. Terkadang atau bahkan sering, apa yang dibawanya harus laku hari itu. Betapa pun merugi. Agar bisa kulakan esok hari dan tidak membawa pulang dagangannya kembali.
"Mengenaskan sekali, Pak," katanya, "Itu belum termasuk macam-macam retribusi juga pungli. Baik dari preman berseragam atau pun preman-preman sangar dengan dalih untuk kontribusi kota selain keamanan pula.
Terang saja, mereka hidup dari hutang ke hutang rentenir yang menawarkan pinjaman disitu. Makanya alangkah muak saya setiap kali lihat Menteri ketawa ketiwi di televisi. Dan tak bisa bayangkan bagaimana mereka di akhirat nanti."
(Yogyakarta, 81111)
RINDUMU
Apa sebenarnya rindu. Apakah sejenis penyakit menahun
yang sangat mengganggu ketika kambuh dan sangat
merisaukan hatimu. Atau siklus demam yang ketika kemarau
berlalu dan penghujan menggantikannya kau ambruk
diatas pembaringan dengan segenap rasa ngilu. Lalu mulai suka
mengigau dan ngomong sendiri disitu?
Rindu yang masih kerabat cinta memang tak jarang tanpak aneh
apalagi malam hari. Ia sering berulah mengajak terbang
padahal kita tidak bersayap. Ia pun kadang bikin mabuk kepayang.
Mencekoki kita berbotol-botol kenang. Meminta kita menjadi ikan
dan berenang dan menyelam padahal kita tidak berinsnang.
Siapa pula sebenarnya rindu. Rindu ialah orang gila yang kau tiru.
Bugil di jalanan dan berteriak tanpa malu memanggil-manggil
jiwanya yang kosong dan terbuang. Terseok-seok menapaki
tiap jengkal masa lalu, yang takkan pernah bisa kembali
sebab yang kau rindu, adalah dirimu yang kesepian dan terlupakan.
(Yogyakarta, 71111)
SAJAK PERPISAHAN - Puisi Erick Indranatan
Kita dengar denting suara senja dan gugur malam ke daun daun
Kita dengar lagu kabut di bukit cemara
Kita dengar seruling duka gembala di padang
ketika rumput telah bersih dari bianglala
kembali tenggelam ke biru gelombang laut yang jauh
mengembara menampakkan cakrawala.
Lalu malam. Rawan memperbahasa. Kita berdua
Masing-masing menatap cahaya bintang
Hanya bintang itu saja, kekasihku, mahligai yang tersempurnakan
oleh tangismu. Dan angin yang lewat
Mencatat. Dan kunang-kunang berangkat
Menghindarkan saat senyap
Lalu kita ucapkan selamat tinggal.
Yogyakarta, 1974
KETIKA SUNYI KEMBALI
Ketika sunyi datang kembali, entah dari mana ia
selama ini - tapi kehadirannya sangat terasa
di dalam hati, aku, hanya diminta mendengar suaranya. Katanya supaya aku tak lagi pernah lupa padanya,
karena ia akan selalu menjumpaiku dan mengingatkan -
kapan dan dimana.
Suara sunyi tak lain suara hati. Gampang hilang
sebab kalah keras dengan suara mulut, suara tenggorokan,
suara dada bahkan suara perut sekali pun. Yang sering
nyaring bunyinya.
Lagipula suara hati toh memang tak terekam panca indera.
Lantaran ia yang ke enam dan sulit diputar ulang. Ia lirih
setelah kota-kota kian bising dan berebut menelan
mentah-mentah manusia. Dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Ia rendah di telinga yang sekarang maunya menangkap apa saja
meski sayang tak mampu menyaringnya.
Ketika sunyi datang kembali, camkan. Bahwa kejujuran tidak bisa
berbohong dan hanya berbisik untuk kemanusiaan yang bukan main
berisik dan sok pelik.
(Yogyakarta, 21111)
Wednesday, November 2, 2011
Boedi Ismanto SA

KETIKA SUNYI KEMBALI
Ketika sunyi datang kembali, entah dari mana ia
selama ini - tapi kehadirannya sangat terasa
di dalam hati, aku, hanya diminta mendengar suaranya.
Katanya supaya aku tak lagi pernah lupa padanya,
karena ia akan selalu menjumpaiku dan mengingatkan -
kapan dan dimana.
Suara sunyi tak lain suara hati. Gampang hilang
sebab kalah keras dengan suara mulut, suara tenggorokan,
suara dada bahkan suara perut sekali pun. Yang sering
nyaring bunyinya.
Lagipula suara hati toh memang tak terekam panca indera.
Lantaran ia yang ke enam dan sulit diputar ulang. Ia lirih
setelah kota-kota kian bising dan berebut menelan
mentah-mentah manusia. Dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Ia rendah di telinga yang sekarang maunya menangkap apa saja
meski sayang tak mampu menyaringnya.
Ketika sunyi datang kembali, camkan. Bahwa kejujuran tidak bisa
berbohong dan hanya berbisik untuk kemanusiaan yang bukan main
berisik dan sok pelik.
(Yogyakarta, 21111)
HUJAN TURUN DI KOTAMU
Beberapa kali, hujan tak jadi turun tapi turun di kotamu.
Namun, aku tetap berprasangka baik, juga kepadamu.
Sebab saat kau kedinginan, panasku menghangatkanmu.
DI SENAYAN
Ia nikmati potong rambutnya meski telinga
ikut dirapikan. Harapannya tumbuh kembali
dan bisa mendengar gumam sekali pun.
(Yogyakarta, 291011)
SURAT TERKIRIM
Aku telah menulis surat untukmu,
kuikatkan kaki merpati yang kulepas pagi tadi.
Itulah aku yang asing dan tak kau kenal.
YOGYA OKTOBER
Mah, tahu Yogya sepanas apa?
Tempe dan pisang goreng.
Mereka saling goda di depan
si hitam kopi itu sampai kacang rebus
cemburu dan berseru: Aku cinta kepadamu!
(Yogyakarta, 301011)
PUISI ANAK KUCING
Ada warga baru, 4 anak kucing bermata biru.
Tapi bukan tentang lucunya kuingin berkabar,
melainkan itu bukti yang akbar.
KAMI
Aku matahari dan ia rembulan. Anak-anakku bintang-bintang
bertebaran. Kami bisa damai dan indah tanpa benturan, katanya.
JANGAN CARI AKU
Jangan cari aku di Malioboro.
Aku sudah berumah dalam kalimat.
Yang telah kususun dari kata
dan banyak, tanda-tanda baca.
CEMBURU
Dia lucu saja. Dan aku suka, katanya.
Kalau pas ngambek, karena cemburu, pasti
menarik selimutnya sampai menutup kepala.
PUISI CELANA PENDEK
Ia baru tahu sekarang mengapa celana pendeknya
gampang berlubang. Ternyata kekasih tersayang,
suka memakainya diam-diam.
TAHI LALAT
Tahi lalat diatas bibirnya jatuh dan ia jadi pendiam.
Tapi jadi lebih sexy seperti es apokat campur kopi sedikit coklat.
(Yogyakarta, 311011)
Hao Hakeng
"SAAT BERPISAH DENGAN CINTA"
Semua orang pasti mengenal cinta
Disaat cinta itu hadir didalam kalbu
Perasaan itu tersembunyi tanpa ada yang tahu
Cinta menyimpan arti tersembunyi didalamnya
Cinta selalu membuat seseorang bahagia
Kita tak pernah tahu kapan cinta itu datang
Cinta selalu menghadirkan rasa bahagia dan ketenangan jiwa
Cinta pula yang menghadirkan luka dan duka dihati seseorang
Disaat aku dan kamu akan berpisah
Aku merasakan sakit didada
Hidupku terasa berat tuk dijalani
Kukan selalu merindukanmu
Kapankah kita kan berjumpa lagi?
Apakah kita akan berjumpa lagi?
Disetiap detik waktuku
Aku selalu memikrkanmu
Disaat aku mengenalmu
Disaat itu pula kau pergi tinggalkan aku
Apakah kau merasakan hal yg sama?
Apakah ini yang dinamakan cinta?
Aku sangat ingin berjumpa denganmu
Apabila kita berjumpa lagi
Aku kan lampiaskan rinduku padamu
Kukan dekap tubuhmu erat tubuhmu dan takan ku lepas
"Mencari Cinta"
sepanjang perjalanan hidupku, tak ku temukan arti cinta yang sesungguhnya.
ku buka seluruh pintu ruang hatiku, tetap tak kutemukan cinta disana.
ku simak kembali lembaran demi lembaran kertas hidupku, tak jua ku temukan cinta.
kemudian aku berfikir, mungkinkah cinta itu bersembunyi dariku.
tapi mengapa dia bersembunyi……..??
mungkinkah karna aku hanya manusia hina yang di penuhi hawa nafsu.
tak ada cinta juga tak ada rindu…….
tak pernah kumerasa berat untuk berpisah dengan siapapun.
hingga sesaat ku merasa hatiku hampa dan kosong.
lorong waktu yang ku jalani kini, entah di mana ujungnya……..??
tak kurasakan hembusan angin semilir yang menerpa tubuhku.
yang kurasa hanya panas jiwa ini, menggeliat kehausan akan rasa.
namun ku tetap berjalan dan terus mencari jawaban atas semua pertanyaan.
hingga kutemui beberapa kisah tentang rasa yang sesungguhnya tak bernama.
dia, kamu dan anda yang bernama kekasih hatiku, siapakah mereka?
adakah mereka membawa yang namanya CINTA………??
mereka datang dan kemudian pergi, tanpa ku tau kemana.
hingga satu persatu tentang mereka terlupakan begitu saja.
adakah yang kemudian datang membawa cinta yang sesungguhnya…..??
bukan hanya hawa nafsu ,yang tanpa diberipun telah ada dalam jiwaku.
untuk dia,kamu dan anda…………datanglah dengan apa yang ku butuhkan.
hingga ku tak perlu mencari dan bertanya kemana CINTA bersembunyi.
hingga ku bisa merasa bahagia karna jatuh CINTA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Subscribe to:
Posts (Atom)